MEDAN (HARIANSTAR.COM) - Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan, ekonomi di Sumut terkontraksi atau tumbuh negatif 0.45% di kuartal pertama tahun 2023 ini. Sehingga memunculkan pertanyaan apakah Sumut akan masuk dalam jurang resesi?. Karena pada dasarnya resesi diterjemahkan sebagai ekonomi yang tumbuh negatif selama dua kuartal secara beruntun atau lebih."Dan resesi yang muncul akan dimulai dari pertumbuhan ekonomi negatif secara kuartalan terlebih dahulu," katanya kepada Harianstar di Medan, Minggu (7/5/2023)siang.
Menurutnya, pada awal tahun memang pada dasarnya pertumbuhan ekonomi negatif secara kuartalan lumrah terjadi. Namun, untuk tahun ini kuartal pertama kita sudah memasuki awal bulan Ramadhan yang seharusnya bisa mendorong belanja masyarakat. Namun, realisasi pertumbuhan sebesar -0.45% ini lebih buruk dibandingkan dengan realisasi tahun 2022 (-0.13%), dimana awal ramadhan kala itu justru masuk pada kuartal kedua (bulan april).
"Jadi seakan-akan belanja masyarakat di awal ramadhan tidak memberikan dorongan pemulihan ekonomi Sumut secara kuartalan. Tetapi memang indikasi lainnya terlihat dari sejumlah sektor lapangan usaha yang turut mengalami kontraksi. Sektor unggulan Sumut seperti pertanian, peternakan dan perikanan justru terkontraksi 0.1% di kuartal I tahun ini, setelah di kuartal keempat 2022 secara kuartalan juga tumbuh -1%," ungkapnya.
Ia menyayangkan, memasuki kuartal kedua tahun ini, sektor tersebut (pertanian) justru terus menunjukan kinerja yang kian memburuk. Dan sektor pertanian sangat berpeluang untuk merealisasikan pertumbuhan negatif di kuartal kedua. Dan pada akhirnya akan mendorong perlambatan ekonomi yang akan terjadi di sumatera utara. Namun, saya mengkuatirkan adanya potensi penurunan kinerja sektor pertanian yang bisa terus berlangsung hingga tutup tahun ini.
"Kekuatiran itu muncul seiring dengan terus memburuknya kinerja ekonomi di sejumlah Negara tujuan ekspor Sumut. Sehingga domestic demand atau menggenjot permintaan dalam negeri menjadi katalis yang diharapkan mampu untuk mengurangi dampak penularan resesi ekonomi global terhadap perlambatan ekonomi di Sumatera Utara," jelas Gunawan.
Meski demikian, ia berkesimpulan bahwa ekonomi Sumut belum akan masuk dalam jurang resesi di tahun ini. Namun ada beberapa indikasi ekonomi yang harus diwaspadai yakni inflasi secara yoy (4.16%) masih cukup tinggi dan ada ancaman inflasi kedepan, deflasi sudah terjadi selama tiga bulan berturut turut, dan ada perlambatan kinerja ekspor serta pelemahan harga komoditas unggulan Sumut.
"Dan dengan ancaman tersebut saya masih mempertahankan bahwa ekonomi Sumut akan mengalami perlambatan dalam rentang 3.2% hingga 4% di tahun 2023 ini. Dan waspadai pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua dan ketiga tahun ini, yang sangat berpeluang mencetak pertumbuhan negatif secara tahunan atau year on year. Karena saya memperkirakan perlambatan ekonomi Sumut akan sangat terlihat di kuartal kedua dan ketiga tahun ini," pungkas Gunawan. (Jae)